Sunday, April 25, 2010

Bisikan Hati


Pertama kali pandangan bertemu,
Bibir merekah mengutus senyum,
Itulah....,
Pertama kali dia mengenal cinta,
Bila mata bertaut,
Hati pun berbicara,
Tanpa gerak bibir,
Tanpa tutur bicara,
Aku terpaku dan terpesona,
Dengan renungan mata hazelnya.
Tatkala bibir menutur bicara,
Dia mengirim senyum,
Lalu mengutus madah,
Hati berbunga dan mencair,
Ketika dia mengutarakan apa yang tersirat,
Tidak disangka,
Takdir menyatukan,
Walaupun jarak memisahkan,
Bahagia di dalam kehidupan.

Saturday, April 17, 2010

Cinta


Cinta,
Sentiasa terungkap di bibir bibir manusia,
Sentiasa merajai hati manusia,
sentiasa menggigit tangkai hati untuk memilikinya,
Tapi,
Adakah cinta yang diucapkan itu luhur?
Seluhur cintanya Rasulullah pada Khadijah?
Setabah cintanya Sumayyah?
Aku juga tidak pasti,
Tiap manusia mempunyai jiwa untuk merasakan sesuatu yang namanya cinta,
Namun,
Bagiku cinta itu terlalu mulia untuk dijadikan makanan harian,
Bagiku cinta itu sesuatu yang lahir dari hati,
Hati yang ikhlas,
Tapi kita manusia,
Tidak bisa melihat keikhlasan,
Tapi bisa merasakan,
Itulah istimewanya aku yang bernama wanita,
Punya nurani dan naluri yang kuat,
Tentang rahsianya cinta sejati,
Tentang sejatinya pengorbanan dalam percintaan,
Ya Allah,
Biar aku bisa merasakan,
Sebuah cinta yang sejati,
Dengan mas kahwin senaskhah Al Quran,
Biar dikata dek mulut mulut lain,
Bahawa cintaku itu sesuatu yang murah,
tapi bernilai di mata orang yang bisa berfikir,memahami dan menilainya,
Kerana erti sebuah cinta bukanlah wang,
Tapi kasih sayang yang luhur,
Biar si keikhlasan menjadi pemangkin sejati,
Walaupun dia cuma semut hitam di atas batu hitam pada malam yang kelam,
Tapi hati ini bisa merasakannya.

Hati Yang Dilema


Aku seorang perempuan,
Yang punya hati dan perasaan,
Kadang kadang rajuk dan amarah merajai hati,
Bermaharaja lela di dalam kerajaan tubuhku,
Kadang kadang aku lecanduan emosi kasih,
Dalam menanti kasihnya dia,
Yang tak pernah kunjung tiba,
Rindu menggamit hati,
Hati berdesir sayu,
Bibir menggumam,
Mencari erti kata cinta,
Luhurkah cintaku ini,
Sejatikah perjuangan yang kupilih,
Kuatkah aku meniti kelikir tajam arus percintaan,
Sudah mampukah aku memikul tanggungjawab,
Ahhhh!!!!
Batin ini menjerit gila,
Perlukah kusambut cintanya,
Si muslimin yang setia menanti,
Dan terus menanti entahkan sampai kapan,
Yang pastinya aku tidak punya jawapan untuk soalan yang kubina sendiri,
Perlukah kupupuk perasaan cintanya di hatiku,
Biar menjadi khat yang paling indah di dalam hidupku,
Biar menjadi sebati dan likat dengan kehidupanku,
Biar tertanak kekal dalam hati yang beku,
Kasihan si muslimin,
Menanti cintanya disambut,
Entahkan kapan hati ini terbuka,
Untuk menerima huluran cintanya,
Apa ertinya sebuah hubungan kawan jika tiada cinta,
Apa ertinya sebuah cinta tanpa rasa hormat dan sayang,
Ya Allah,
Berikanlah kujawapan,
Dalam persimpangan dilema,
Dalam meniti kehidupan di duniaku,
Jika benar aku yang terbaik untuknya dan dia yang terbaik untukku,
Bukalah pintu hatiku,
Ketuklah hatiku biar menjadi keping keping dengan sentuhan jiwanya,
Biar hatiku tersentuh dengan pandangan matanya,
Biar setiaku tetap untuknya,
Biar janji dikotakan,
Biar doanya dikabulkan,
Biar hajatnya tercapai,
Ya Allah,
Bersalahnya aku,
Membenamkan keruh di wajahnya,
Tapi biar dia tahu,
Ku tak ingin menerimanya dengan hati yang paksa,
Ku tak ingin dia semakin sakit,
Dengan wajah,hati dan bibir yang beku dan dingin.

Kata Hati



Aku manusia biasa,
Yang punya rasa amarah,rindu dan benci,
Tentang dunia yang kian gila,
Dengan amukan perasaan hipokrit dan ego,
Dengan mereka yang sudah gila dan kecanduan emosi,
Yah....
Inilah hakikatnya dunia,
Yang semakin nazak dengan tangan tangan yang rakus,
Tidak tahu mengenang budi si dunia,
Yang semakin nazak,
Ya...kasihan,
Mereka yang kaya dengan gulungan ijazah,
yang bangga dengan pencapaian usia,
Tapi hipokrit dalam mengejar nama,
Hati ini sering berbisik,
Kapan semua ini berakhir
Kapan rempah kehidupan yang gila ini berlalu,
Kapan semuanya bisa mendengar dan meletakkan perhatian pada si Nazak,
Ahhh....
Mereka juga manusia biasa,
Yang hanya mampu merancang tapi tak bisa menentukan,
Segala yang tersirat di kalbu tak ada seorang pun yang bisa tahu,
Kata orang,
Inilah rencah kehidupan di dunia,
Kadang kadang batin menjerit,
Sakit dirasakan,
Bila si manusia mendustai kebenaran hakiki,
Dengan pangkat dan maruah yang dijaga dan dikejar,
Entah bila kecanduan ini akan berakhir.