Saturday, August 21, 2010

Pedih




Pedih,
Sakit,
Perih,
Itu yang aku rasakan,
Rasa yang menyatu di dalam benak,
Menusuk-nusuk relung hati hingga ke dasar,
Walau Kukata "Aku Mampu",
Melawan arus perasaan,
Namun ia tak mudah,
Kengkadang manusia itu serigala,
Sedangkan ia ciptaan terindah,
Sang serigala lagi indah,
Berbanding manusia yang bermuka dua,
Sering aku,
Tertawa dalam perih kepayahan,
Mengekang rasa benci di dada,
Kapan terluahkan?
Kapan terbukanya?
Bingkai dan isi kebencian ini kepadanya,
Hanya masa yang menentukan,
Akanku nanti,
Saat terindah itu,
Biar dia tahu,
Aku bukan manusia bertopeng,
Yang di kapitaliskan,
Dalam kuasa fana,
Kuasa,
Yang digilainya,
Akan tiba masa musnahnya,
Biar guruh berdentum,
Biar kilat memancar,
Biar banjir berlaku,
Masa kehancuranmu akan tiba,
Bila Allah yang murka menurunkan bala.

Wednesday, August 18, 2010

Berikan Aku Ruang







Ruang bicara sesepi malam kudus,
Tanpa secalit angin yang lalu,
Tanpa Si cengkerik malam yang menyanyi,
Hati dian bermonolog,
Menyanyi bak irama syahdu,
Menangisi beban hati,
Yang tak tertanggung oleh tubuh yang kerdil,
Sangat kerdil,
Di sebalik pandangan matamu itu,
Ya Allah,
Bukakanlah pintu hati dia yang bernama lelaki,
berikanlah aku sedikit ruang,
Biar sekecil semut di jalanan,
Agar aku mampu bernafas,
Memandang khazanah dunia,
Menerobos dunia masa,
Kerana perjalananku masih jauh,
Biarlah masa yang menentukan,
Kerana segalanya itu di tangan yang Esa.