Monday, December 27, 2010
Saat Aku Bersedih
Semilir angin menampar rambut,
Menghanyun lembut,
Membelai mimpi,
Temanku yang tersayang,
Maafkan aku,
Aku tak bisa memilihmu,
Maafkan aku ya teman,
Aku terlalu menyayangi kamu,
Kamu lelaki baik yang kukenal,
Pasti bisa mendapat cinta yang baik,
Bukan kamu tak layak untukku,
Lebih dari layak ya teman,
Kamu sentiasa ada untukku,
Walau apa terjadi,
Kamu sering berkata
"AKU SENTIASA ADA UNTUK KAMU"
Ya allah,
Betapa beratnya dugaanmu,
Kenapa temanku ini tak pernah,
Meraih cinta aku walau sedikit,
Kenapa temanku ini,
Selalu terlewat dan kalah,
Ya temanku sayang,
Aku sangat terluka dengan keputusanku,
Aku tahu,
Aku bodoh,
Aku tak tahu menilai,
Aku buta,
Kenapa kupilih dia,
Aku juga tak tahu,
Dia tak punya kelebihan,
Tidak seperti kamu,
Ya teman,
Hati ini tergerak untuk memilih dia,
Walau tak kukenal hati budinya,
Ya teman,
Saatku memilihnya,
Hati ini sakit sekali,
Sakit...
Melihat kamu tersenyum,
menghulur ucapan tahniah,
Aku tahu,
Hatimu pasti menangis,
Kamu hipokrit dalam mengungkap kata,
Teman,
Ketahuilah,
Kamu sebahagian dari aku,
Yang meniup angin bahagia dalam hati,
Ya teman,
Aku juga"SENTIASA ADA UNTUK KAMU"
Cuba membahagiakan kamu,
Ya allah,
Tunjukkanlah yang terbaik buatku,
Teman,
Kita pernah bicara,
Jodoh itu di tangan tuhan,
Andai ini dugaan-Nya untuk kamu mendapatkan aku,
Bersabarlah,
Kerana perjalanan hidup ini sudah ditulis,
Ya teman,
Ketahuilah..
Kamu bersemadi dalam nadi hidupku,
Kamu umpama angin,
Yang wujud,
Bisa aku rasakan,
Namun tak bisa kusentuh.
Kamu ada dalam diriku tiap detik yang ada.
YSMYYGIMU FIU@SFHJ-12.53am-28.12.2010-JFJCK-JFPTRA
Adakah Kamu Insan Bertuah
Lelaki
Kau kukenal
Dalam sejenak masa
Kau
Bisa membuatku menangis,tertawa dan geram
Adakah apa yang kulakukan itu suatu yang tepat
Memilih kamu
walau ada yang lebih baik dari kamu
Kenapa
Setelah hari berlalu
Timbul rasa salah
Timbul rasa ragu
Adakah itu kamu
Adakah was-was ini dari syaitan
Yang suka memporakporandakan cucu adam
Jika benar kamu yang terbaik untukku
Kuberdoa
Allah akan tunjukkan kebenaran
Andai rasa ragu ini dari syaitan
Akan Allah tetapkan sayang itu dalam hatiku
Kuberdoa
Agar kamu adalah kamu
Insan seperti yang pernah kamu ungkapkan
Bukan kaca di sebalik kaca
Biarlah Badai berombak
Tapi kebenaran itu akan timbul
Menghiasi diri kamu
Biar masa berlalu
Akanku tunggu waktunya
kerana
Kebenaran dan keadilan itu pasti terjadi
Ya allah,
Jika apa yang kulihat itu bukan satu kebenaran kuatkanlah imanku tapi andai itu adalah petunjuk darimu bahawa dia bukan seorang lelaki yang baik bagiku,aku adalah hamba yang sangat bersyukur ya allah kerana engkau memberi aku petunjuk agar tidak terluka lagi.
SFHJ@FIU-12:37 am-28/12/2010-JFMA@PTRA
Dia yang Bernama Lelaki
Kuterima dia,
Insan yang bernama lelaki,
Setelah memendam luka lara berzaman,
Aku tidak tahu,
Kenapa aku menerima dia,
Kenapa aku perlu menyakiti orang lain,
Ahhh...
Dia teman yang punya perasaan,
Sejak dulu tak pernah terbalas,
Namun,
Dia sentisa ada untuk aku,
Katanya...
"Aku sentiasa adda untuk kamu"
Ya allah,
Kenapa dia seringkali terlewat,
Mengucap kata indah,
Kenapa ibuku sangat menyenanginya,
Kenapa ayahku sagat menyayanginya,
Kayak anak sendiri,
Ya allah,
Kenapa ibunya sangat menyayangiku,
Memberi aku kasih sayang,
Ya allah,
Kenapa aku menerima orang lain yang baru kukenali sesaat lalu,
Adakah kerana didorong rasa ingin mengenalinya?
Aku buntu,
Ya allah...
Gilanya aku,
Hilang akal warasku,
Dalam mengucap kata putus,
Dalam membuat keputusan,
Ya allah,
Kurniakanlah hambamu yang hina ini,
Dengan sedikit petunjuk,
Agar aku bisa,
Memperbetulkan yang bengkok.
FIU@SFHJ-12:23 am-28.12.2010-JFMA@PTRA
Aku Yang Bernama Sedih
Sakit...
Itu yang aku rasakan
Adakah apa yang aku lakukan itu satu kesalahan?
Adakah aku membina keputusan atas dasar kebodohan?
Dimana kewarasan akalku menghilang?
Patutkah aku
Mengasihani dia yang bernama lelaki
Insan yang hanya wujud sebentar dalam hidupku
Adakah aku yang buta?
Dalam menilai ertinya cinta
Kenapa insan yang baru sejenak kukenal
Sebisanya..
Menjadi orang penting dalam hidupku?
Kenapa insan yang sentiasa ada untuk aku,
Aku tak pernah bahagiakan..
Ahhh....
Desakan dan dugaan hidup itu tak pernah putus
Aku terima dengan redha,
Andai ini petunjuk dari allah,
Aku bersyukur sepenuh hati,
Biarlah aku rasa perihnya,
Biar air mata jadi teman,
Biar hati yang luka semakin luka,
Daripada aku mengetahuinya bila rasa sayang itu sudar mekar,
Andai keraguan ini dari syaitan,
Kuberdoa,
Biar ditetapkan rasa percaya di dada,
Biar semakin utuh hubungan yang dibina,
Ya allah,
Andai ini adalah dugaanmu,
Aku terima dengan pasrah,
Biar ini sebagai peneman jalan hidupku,
Akan kupijak duri jalanan dengan tabah,
Andai kaki ini luka,
Ia adalah keranamu,
Andai kaki ini hancur,
Ia adalah keranamu,
Kenapa aku lemah,
Tersangatlah lemah,
Ya allah,
Sungguh aku malu padamu,
Kerana aku mengejar cinta sang manusia,
Yang tak pernah tulus dan hakiki,
Kenapa aku tak sedar betapa hebatnya cintamu padaku,
Yang menghidupkan aku dengan tiupan roh,
Mematikan hambamu dengan tiupan sangkakala,
Ya allah,
Aku hamba yang sangat hina,
Kalah dalam medan perang iblis,
Durjana pengkhianat alam,
Ya allah,
Berikan aku kekuatan dan ketenangan,
Bantulah aku membina kesabaran dan ketenangan,
Dalam menghadapi ranjau hidup,
Dalam meniti liku hidup yang engkau tulis,
Biarlah catatan hidupku penuh dengan warna hidup,
Tapi aku bersumpah,
Aku tidak akan kalah dengan kata cinta yang tak pernah tulus,
Ya allah,
Kusujud,
Seribu kali sujud padamu,
Agar aku diberi petunjuk,
Siapa yang benar dalam hidupku.
FIU@SFHJ-27.12.10-12:16 am-JFMA@PTRA
Monday, November 15, 2010
Bila Rindu Datang
Bila rindu menggamit sanubari
Rasa menyeksa di dalam dada
Ternanti hari tak kunjung tiba
Menunggu bulan jatuh ke riba
Penantian..
Ahhh.......
Satu penyeksaan
Tak tertahan
Bila nafsu memakan diri
Amarah merajai hati
Lahar nafsu termuntahkan
Ahhhh.....
Kenapa aku bisa berprasangka?
Iblis tertawa...
Hahahaha...
"Aku hebat kerana bisa menyesatkanmu"
Hai iblis durjana..
Jangan kau bakar api di dalam dada
Bisik sang malaikat
"Wahai insan,sedarlah....sedarlah...itu adalah permainan syaitan"
Aku tersedar
Istigfar terluahkan
Munajat terucapkan
Kenapa aku begitu alpa
Pada hakikat dunia fana
Adakah kerana rindu datang?
Ahhh...
Cinta dan sayang itu memang indah
Andai tersulam dengan kepercayaan
Terbina pada landasan keikhlasan
Wahai insan empunya hati
Rindu itu..
Bisa membuat manusia hilang pertimbangan
Amarah dan nafsu dijadikan tembok
Tembok iblis
Yang bisa meruntuh hubungan
Maka,
berkecailah harapan
Wahai insan jauhari
Binalah kejujuran
Tanamlah kepercayaan
Nescaya..
Datanglah rindu tak bertepian
Menari dengan tebing yang setia
Insanku
Larilah dikau
Larilah...
Buang seluruh persepsi gilamu
Biar alam tahu
Cinta dan rindu itu tulus
Biar bergema sanubari sang jiwa
Kerana sinarnya rindu setia
Beralaskan ketulusan jiwa.
J4JCK-16.11.2010(SELASA)-3.30 P.M-MSM
Saturday, November 13, 2010
Rimba Hati
Hati ini kusut
Fikiran kacau
Aku di persimpangan
Memilih itu atau ini
Membeli itu atau ini
Ahhh....
Ceteknya pemikiran
Rasa sakit mencengkam
Mencengkam tubuh yang kerdil
Inikah ganjaran tuhan
Untuk manusia pengkhianat
Ahhh...
Ingin kusembunyikan
Segala dilema
Aku dilema
Kehilangan panduan
Memilih dalam terpilih
Merelakan yang telah rela
Hanya kerana jiwa angkuh
Tersangat angkuh
Kerana sedikit kelebihan
Yang dikurniakan tuhan
Membuatkan dia terasa hina
Lantas mundur
Merasa rendah
Ya Allah
Tak mampu aku tanpa dia
Tapi kenapa kulaKukan ini?
Ya Allah
Hanya hidayahmu petunjuk
Memberi jallan kebenaran
Buat hati yang hancur
Berikanlah ia sinar
Yang sangat indah
Agar aku bisa tersenyum walau pedih.
J4HFNI-01:09 A.M-14.11.10(AHAD)
Pilihan
Bisakah aku
Membahagiakan mereka yang mendambakan
Mendahagakan kasih sayang
Bagi insan
Yang telah lama terkurung dalam kegelapan
Dia
Insan yang mengenaliku
Lantas mengasihi dan menghormatiku
Lalu aku mengasihinya
Memberi segenap kepercayaan dari diri ini
Namun
Masa meruntuh hubungan
Keadaan menjarakkan
Ya Allah
Hanya engkau yang mengetahui
Seluruh rasa gementar tubuh ini
Tatkala teknologi mengubah segala
Ya Allah
Mengapa aku bisa mempersendakannya
Tergelak dalam kesedihannya
Mengurai janji yang tersulam
Memecah tembikar zaman
Ya Allah
Akukah manusia hina
Yang bisa bahagia dalam penderitaan
Mengusap air mata dengan kaca
Menawar kemanisan dengan garam
Ya Allah
Adakah engkau memberi aku pilihan
Memilih yang terbaik
Tapi
Ia sesuatu yang menyakitkan
Merobek isi hati
Merejam segenap ruang tubuh
Hancur berkecai
Harapan yang dibina
Matanya berkaca dalam tawa
Cuba mengetawakan aku
Membuat aku bisa bahagia dan tenang seperti dulu
Walhal
Jauh di ulu hatinya pedih
Bagai disiat-siat isi jiwanya
Dia tersenyum
"Bersabarlah ini adalah dugaan"
Indah bisikannya
Tulus dan tenang
Angkara aku
Yang mencipta permainan
Permainan kasih
Yang bisa membakar diriku sendiri
Aku dilema
Hilang arah
Buntu
Tidak tahu kemana
Kenapa aku tersenyum?
Hilang kewarasan
Walau pedih menusuk tangkai jantung
Kenapa aku gila
Mencipta permainan ini
Menghancurkan kepercayaannya
Meruntuh istana bayangan
Istana itu
Sungguh indah
Kami bina bersama
Diiringi dengan rerama indah
Tapi aku yang menruntuhkan!menghancurkan!
Gila....
Manusia memang gila
Gila dengan nafsu
Kehendak diri dan kepentingan
Dalam menyulam keegoan diri
Dalam mengejar sesuatu yang sementara
Ya Allah
Mampukah aku?
Layakkah aku?
Meminta keampunannya
Menrungkai jalan cerita kehendak jiwa
Wahai iinsan mulia
Empunya hati jauhari
Biarlah
Masa menentukan
Andai jodoh terpisahkan
Biar wanita berperibadi menjadi pendampingmu
Biar wanita indah tuturnya di sampingmu
Jangan Kau mencari aku
Aku manusia hina
Mementingkan diri
Mengejar sesuatu yang tidak pasti
Ya Allah
Andai aku miliknya
Biar bulan dan matahari bersatu
Biar laut bergelora
Aku miliknya dan dia milikku
Ya Allah
Andai aku pilihannya
Berikanlah petunjuk
Penyuluh lorong hidup
Biar jalan itu berteman.
(J4HFNI-IMU&ILUSM)-12.56 AM-14.11.10(AHAD)
Wednesday, November 10, 2010
Impian Insan
Cahaya yang indah
Melimpah menyinari sang raga
Sang raga yang telah menjadi hamba kegelapan
Semerbak kasih
Tersulam indah
dalam bingkisan kalbu
Jiwa kosong itu
Mula tertawa
Bisa merasa
Apa namanya kasih dan sayang
Apa itu cinta dan rindu
Tiada yang berkekalan di dunia
Kecuali raga ini
Jiwa ini
Keinginan hati ini
yang pernah tumbuh untuk kamu
Biar abad berlalu
Biar batu hancur
Namun
Inilah namanya Cinta
Yang tak bisa terungkapkan
Ahhh....
Ucapan indah
Mengelukan lidah
Ahhh...
Sang pemilik hati
Kenapa berdegil lagi
Pergilah dan katakanlah
Biar awan dan bulan tertawa
Tapi bumi dan matahari tahu
Dia adalah untukmu
Dan Kamu adalah untuknya
Biar bersama
Mengukir kasih
Seindah mentari
Secerah mentati
Seharum kasturi
Mewangi ke seluruh alam
Diketahui makhluk alam
Bahawa Cintamu itu
Tak Bisa dilihat
Hanya bisa dinilai dengan ketulusan
Biar ketulusan itu
Lahir dari hati putih.
Tuesday, November 9, 2010
Alunan Hati
Hati tertawa dan tertawa
Riang mendengar jenaka indah
Apa yang indah?
Bukan suara empunya badan
Tetapi bahasa empunya badan
Sungguh nyaman berada dekat dengannya
Selesa dan sangat tenang
Merasa selamat
Meski diburu oleh bahaya
Adakah ini alunan yang paling indah
Seperti angin
Angin yang bisa dirasa dan didengar
Tapi tak bisa disentuh dan dilihat
Adakah kegirangan hati akan kekal
Seperti beburung terbang
Bahagia mencari makanan
Untuk keluarga tersayang
Ya Tuhan
kekalkanlah kebahagiaan ini
Biar bisa dilihat dunia
Betapa aku amat menyayanginya.
Arjuna Jiwa
Dia
Insan yang dikenali oleh jiwa ini
Mencambah rasa sayang
Mencantas rasa benci
Yang pernah terpendam
Yang pernah menusuk relung hati
Biar
Sang waktu menjadi senja
Biar sang ayam berkokok
Namun
Aku masih bisa
Menanti dan menanti
Dalam sejuta rasa sabar
Yang membaluti hati nurani
Walau
Jarak dan waktu menjadi benteng
Akanku bina tembok kesabaran
Tangan kutadah pada Allah
Agar dua jiwa bisa disatukan
Dalam sebuah rumah teratak kasih.
Monday, November 8, 2010
Adakah ini takdirMu
Ketemu dengan Dia
Dalam waktu tak terduga
Menyambar angin senja
menyedarkan Aku
Siapa Aku?
Terkadang merasa sendiri
Sepi dan sunyi
Dalam lara rimba hati
mengisi kekosongan dunia
Terkadang terduduk
Menanti sinarnya mentari
Agar hidup ini tidak menyakitkan
Adakah ini ujian
ujian seribu hikmah
Ungkapan rasa sayang tuhan pada hambanya
ahhh...
masa amat menyakitkan
membunuh detak benak
mengikat rasa minda
kengkadang
teratak hati bersalju
mengalir deras
kerana aku sedar
aku tidak sepertimu
walau Kau adalah sepertiku
Ya Tuhan
Biar takdir anginmu membawaku pergi
dari perasaan ini......
Saturday, September 18, 2010
Rintihan Naluri
Detik kuhitung,
masa kukira,
siang dan malam,
bak orang gila menanti bulan jatuh ke riba,
sudah beratus-ratus jam pasir kukumpul,
namun hanya malam berganti siang,
bulan berganti bulan,
aku tetap aku dan kamu tetap kamu,
hati ini berdesir,
bak angin tak berpenghujung,
meliputi kota,
kengkadang badai mendatang,
membadai pantai yang tak bersalah,
meruntun kota tak berjiwa,
membunuh mereka yang tidak salah,
puas hati bertanya,
akukah yang bersalah?
atau takdir yang bersalah,
ratusan tahun pandora ditakuti,
jangan jadikan aku umpama pandora,
biarlah aku menjadi saujana menghijau,
tak akan luput,
dalam jiwa mereka yang hidup,
tak akan musnah,
bagi mereka yang mencintai,
biar ego setinggi langit,
biar taj mahal runtuh,
aku tetap aku,
biarkan aku,
aku tak bisa menjadi seperti mu,
tak bisa hidup seperti mu,
aku adalah aku,
aku manusia,
yang punya ego,
yang punya prinsip,
biar laut dibadai ombak,
biar pasir hancur menjadi debu,
iitulah aku,
manusia yang tak bisa hidup tanpa jiwaku,
biar masa berlalu,
biar detik menentukan,
rebutlah aku,
pupuklah aku,
dalam mantera kasih sayangmu,
bukan gelombang egomu.
masa kukira,
siang dan malam,
bak orang gila menanti bulan jatuh ke riba,
sudah beratus-ratus jam pasir kukumpul,
namun hanya malam berganti siang,
bulan berganti bulan,
aku tetap aku dan kamu tetap kamu,
hati ini berdesir,
bak angin tak berpenghujung,
meliputi kota,
kengkadang badai mendatang,
membadai pantai yang tak bersalah,
meruntun kota tak berjiwa,
membunuh mereka yang tidak salah,
puas hati bertanya,
akukah yang bersalah?
atau takdir yang bersalah,
ratusan tahun pandora ditakuti,
jangan jadikan aku umpama pandora,
biarlah aku menjadi saujana menghijau,
tak akan luput,
dalam jiwa mereka yang hidup,
tak akan musnah,
bagi mereka yang mencintai,
biar ego setinggi langit,
biar taj mahal runtuh,
aku tetap aku,
biarkan aku,
aku tak bisa menjadi seperti mu,
tak bisa hidup seperti mu,
aku adalah aku,
aku manusia,
yang punya ego,
yang punya prinsip,
biar laut dibadai ombak,
biar pasir hancur menjadi debu,
iitulah aku,
manusia yang tak bisa hidup tanpa jiwaku,
biar masa berlalu,
biar detik menentukan,
rebutlah aku,
pupuklah aku,
dalam mantera kasih sayangmu,
bukan gelombang egomu.
Dendangan Jiwa
Dalam hidup,
Ada tawa dan ada yang sedihnya,
dalam lorong-lorong hidupku ini,
Penuh dengan rerama warna warni,
Kengkadang,
Kurasakan indah dalam menyusuri hidup,
Kengkadang terasa lelahnya,
Dengan teman dan keluarga tersayang,
Banyak keindahan,
Tak terungkap dek kata-kata duniawi,
Wahai belahan jiwa,
Biarlah lagu beralun,
Senada dengan irama syahdu,
Itu hak dunia,
Jangan menghukum,
Jangan mengadili,
Biar Tuhan menentukan,
Kita hanya insan biasa,
yang bisa berkata dan berkata,
Biarkan dia dengan hidupnya,
Kita tak bisa menilai bebannya,
Berat menanggung beban di dada,
Biar dunia menentukan,
Bibir menutur doa,
Semoga kebahagiaan menjadi milik mereka yang mengejar kecintaan hakiki.
Saturday, August 21, 2010
Pedih
Pedih,
Sakit,
Perih,
Itu yang aku rasakan,
Rasa yang menyatu di dalam benak,
Menusuk-nusuk relung hati hingga ke dasar,
Walau Kukata "Aku Mampu",
Melawan arus perasaan,
Namun ia tak mudah,
Kengkadang manusia itu serigala,
Sedangkan ia ciptaan terindah,
Sang serigala lagi indah,
Berbanding manusia yang bermuka dua,
Sering aku,
Tertawa dalam perih kepayahan,
Mengekang rasa benci di dada,
Kapan terluahkan?
Kapan terbukanya?
Bingkai dan isi kebencian ini kepadanya,
Hanya masa yang menentukan,
Akanku nanti,
Saat terindah itu,
Biar dia tahu,
Aku bukan manusia bertopeng,
Yang di kapitaliskan,
Dalam kuasa fana,
Kuasa,
Yang digilainya,
Akan tiba masa musnahnya,
Biar guruh berdentum,
Biar kilat memancar,
Biar banjir berlaku,
Masa kehancuranmu akan tiba,
Bila Allah yang murka menurunkan bala.
Wednesday, August 18, 2010
Berikan Aku Ruang
Ruang bicara sesepi malam kudus,
Tanpa secalit angin yang lalu,
Tanpa Si cengkerik malam yang menyanyi,
Hati dian bermonolog,
Menyanyi bak irama syahdu,
Menangisi beban hati,
Yang tak tertanggung oleh tubuh yang kerdil,
Sangat kerdil,
Di sebalik pandangan matamu itu,
Ya Allah,
Bukakanlah pintu hati dia yang bernama lelaki,
berikanlah aku sedikit ruang,
Biar sekecil semut di jalanan,
Agar aku mampu bernafas,
Memandang khazanah dunia,
Menerobos dunia masa,
Kerana perjalananku masih jauh,
Biarlah masa yang menentukan,
Kerana segalanya itu di tangan yang Esa.
Thursday, May 6, 2010
Rencah Cinta
Cinta,
Indah meniti di bibir setuap yang menyebut,
Tanpa mereka ketahui,
Bahawa cinta itu juga terselit kepedihan dan kesakitan,
Bila kita merasakan kepedihan,
Bibir dengan mudah mengutuk perkataan cinta,
Kenapa manusia jadi begini?
kenapa manusia tidak menggunakan akal yang dikurniakan Allah,
Sesungguhnya manusia tidak memahami erti kata cinta,
Cinta adalah satu kepedihan dan kemanisan,
Yang sentiasa merantai kaki dan menjadi bayang-bayang,
Cinta adalah sesuatu yang indah,
Cinta menjadi hina kerana kita mengabaikan cinta kepada Allah,
Tolonglah manusia sekalian,
Tinggalkan diskriminasi cinta terhadap Allah,
Biarlah cinta itu seiring,
Biar jangan ada yang murka,
Kelak kita akan diazab seksa pada api neraka yang panas,
Jauhi cinta yang tidak memberi kebahagian,
Dekati cinta yang tulus dan membahagiakan.
Sunday, April 25, 2010
Bisikan Hati
Pertama kali pandangan bertemu,
Bibir merekah mengutus senyum,
Itulah....,
Pertama kali dia mengenal cinta,
Bila mata bertaut,
Hati pun berbicara,
Tanpa gerak bibir,
Tanpa tutur bicara,
Aku terpaku dan terpesona,
Dengan renungan mata hazelnya.
Tatkala bibir menutur bicara,
Dia mengirim senyum,
Lalu mengutus madah,
Hati berbunga dan mencair,
Ketika dia mengutarakan apa yang tersirat,
Tidak disangka,
Takdir menyatukan,
Walaupun jarak memisahkan,
Bahagia di dalam kehidupan.
Saturday, April 17, 2010
Cinta
Cinta,
Sentiasa terungkap di bibir bibir manusia,
Sentiasa merajai hati manusia,
sentiasa menggigit tangkai hati untuk memilikinya,
Tapi,
Adakah cinta yang diucapkan itu luhur?
Seluhur cintanya Rasulullah pada Khadijah?
Setabah cintanya Sumayyah?
Aku juga tidak pasti,
Tiap manusia mempunyai jiwa untuk merasakan sesuatu yang namanya cinta,
Namun,
Bagiku cinta itu terlalu mulia untuk dijadikan makanan harian,
Bagiku cinta itu sesuatu yang lahir dari hati,
Hati yang ikhlas,
Tapi kita manusia,
Tidak bisa melihat keikhlasan,
Tapi bisa merasakan,
Itulah istimewanya aku yang bernama wanita,
Punya nurani dan naluri yang kuat,
Tentang rahsianya cinta sejati,
Tentang sejatinya pengorbanan dalam percintaan,
Ya Allah,
Biar aku bisa merasakan,
Sebuah cinta yang sejati,
Dengan mas kahwin senaskhah Al Quran,
Biar dikata dek mulut mulut lain,
Bahawa cintaku itu sesuatu yang murah,
tapi bernilai di mata orang yang bisa berfikir,memahami dan menilainya,
Kerana erti sebuah cinta bukanlah wang,
Tapi kasih sayang yang luhur,
Biar si keikhlasan menjadi pemangkin sejati,
Walaupun dia cuma semut hitam di atas batu hitam pada malam yang kelam,
Tapi hati ini bisa merasakannya.
Hati Yang Dilema
Aku seorang perempuan,
Yang punya hati dan perasaan,
Kadang kadang rajuk dan amarah merajai hati,
Bermaharaja lela di dalam kerajaan tubuhku,
Kadang kadang aku lecanduan emosi kasih,
Dalam menanti kasihnya dia,
Yang tak pernah kunjung tiba,
Rindu menggamit hati,
Hati berdesir sayu,
Bibir menggumam,
Mencari erti kata cinta,
Luhurkah cintaku ini,
Sejatikah perjuangan yang kupilih,
Kuatkah aku meniti kelikir tajam arus percintaan,
Sudah mampukah aku memikul tanggungjawab,
Ahhhh!!!!
Batin ini menjerit gila,
Perlukah kusambut cintanya,
Si muslimin yang setia menanti,
Dan terus menanti entahkan sampai kapan,
Yang pastinya aku tidak punya jawapan untuk soalan yang kubina sendiri,
Perlukah kupupuk perasaan cintanya di hatiku,
Biar menjadi khat yang paling indah di dalam hidupku,
Biar menjadi sebati dan likat dengan kehidupanku,
Biar tertanak kekal dalam hati yang beku,
Kasihan si muslimin,
Menanti cintanya disambut,
Entahkan kapan hati ini terbuka,
Untuk menerima huluran cintanya,
Apa ertinya sebuah hubungan kawan jika tiada cinta,
Apa ertinya sebuah cinta tanpa rasa hormat dan sayang,
Ya Allah,
Berikanlah kujawapan,
Dalam persimpangan dilema,
Dalam meniti kehidupan di duniaku,
Jika benar aku yang terbaik untuknya dan dia yang terbaik untukku,
Bukalah pintu hatiku,
Ketuklah hatiku biar menjadi keping keping dengan sentuhan jiwanya,
Biar hatiku tersentuh dengan pandangan matanya,
Biar setiaku tetap untuknya,
Biar janji dikotakan,
Biar doanya dikabulkan,
Biar hajatnya tercapai,
Ya Allah,
Bersalahnya aku,
Membenamkan keruh di wajahnya,
Tapi biar dia tahu,
Ku tak ingin menerimanya dengan hati yang paksa,
Ku tak ingin dia semakin sakit,
Dengan wajah,hati dan bibir yang beku dan dingin.
Kata Hati
Aku manusia biasa,
Yang punya rasa amarah,rindu dan benci,
Tentang dunia yang kian gila,
Dengan amukan perasaan hipokrit dan ego,
Dengan mereka yang sudah gila dan kecanduan emosi,
Yah....
Inilah hakikatnya dunia,
Yang semakin nazak dengan tangan tangan yang rakus,
Tidak tahu mengenang budi si dunia,
Yang semakin nazak,
Ya...kasihan,
Mereka yang kaya dengan gulungan ijazah,
yang bangga dengan pencapaian usia,
Tapi hipokrit dalam mengejar nama,
Hati ini sering berbisik,
Kapan semua ini berakhir
Kapan rempah kehidupan yang gila ini berlalu,
Kapan semuanya bisa mendengar dan meletakkan perhatian pada si Nazak,
Ahhh....
Mereka juga manusia biasa,
Yang hanya mampu merancang tapi tak bisa menentukan,
Segala yang tersirat di kalbu tak ada seorang pun yang bisa tahu,
Kata orang,
Inilah rencah kehidupan di dunia,
Kadang kadang batin menjerit,
Sakit dirasakan,
Bila si manusia mendustai kebenaran hakiki,
Dengan pangkat dan maruah yang dijaga dan dikejar,
Entah bila kecanduan ini akan berakhir.
Friday, February 5, 2010
MeMoRi SeMaLaM
SeMaLam,
Memori menggamit kenangan
Terbayang dia yang telah pergi jauh
Jauh...terlalu jauh
Tak bisa dikejar
Walau seluruh kudrat dikerah
Air mata sudah puas mengalir
Hati sudah puas meratap
Kaki sudah puas bertatih
Bibir sudah penat merintih
Hingga aku menjadi kering
Sekering paya yang haus
Tiada hijau
Tiada mentari
Hidupku kosong
Kini,
Aku sendiri
Menilik nasib diri
Yang pernah hanyut dengan perasaan itu
Yang pernah tergelincir dalam meniti batu-batu kelikir
Ya...
Batu itu teramat kecil
Namun bisa melukakan kaki-kaki manusia yang memijaknya
Ah...
kenapa aku dulu bodoh
Bodoh dalam menilai realiti kehidupan
Yang sudah menjadi azali di dunia fana
Peneman setiap insan yang bernama hamba
Dalam mendapat redha dan menghabiskan sisa-sisa kehidupan
Ya Allah,
Terima kasih yang teramat
Kerana selalu berada di sampingku
Memberiku kesabaran dalam memijak lantai kehidupan yang telah haus
Dan berdiri di bumi yang nyata
Hidup dalam ambang kehidupan
Yang sememangnya begini
Biarlah... Semua itu telah berlalu pergi
Iltizam akan kupahat
Pada jiwa yang pernah rapuh
Khatimah akan kuukir
Pada hati yang pernah merintih
ya...
Inilah realiti kehidupan
Biar semalu terus malu
Burung dengan kicaunya
Angin dengan desirnya
Dan aku kekal di sini
Dengan tekad yang mula tumbuh dan mekar semula.
Wednesday, January 13, 2010
Kegembiraanku Hari Ini
Selamat tinggal kesedihan,
Selamat tinggal tangisan,
Aku tidak lagi dihantui oleh bayanganmu,
Kerana duniaku semakin indah,
Walau riak mendung tetap berarak,
Rama-rama mengisi hariku,
Warna pelangi menghiasi duniaku,
Kerana hadirnya dia,
Dia yang bernama teman,
Si pemilik senyuman manis,
Semanis hati budinya,
Yang kaya dengan pengalaman,
Yang memberiku kegembiraan,
Yang menyebabkan aku tertawa di dalam tangisan,
Ya Allah,
Kirimkanlah bingkisan kalbuku padanya,
Adunkan kasih sayang sejati di dadanya,
Biar dia tetap tersenyum,
Walau perih menyanggah kehidupan,
Ya Allah,
Andai matanya menitiskan mutiara salju,
Kirimkanlah bidadari syurga padanya,
Temankanlah malaikat manis di sisi hidupnya,
Terbangkanlah batinku padanya,
Agar dia tahu aku amat menyayanginya,
Terima kasih Ya Allah,
Kerana aku mengenali muslimin sebaik dan setulus dia,
Andai tak terjalin kasih di dunia ini,
Biarlah terjalin di dunia sana,
Kerana aku begitu menyenangi kehadirannya di sisiku.
Selamat tinggal tangisan,
Aku tidak lagi dihantui oleh bayanganmu,
Kerana duniaku semakin indah,
Walau riak mendung tetap berarak,
Rama-rama mengisi hariku,
Warna pelangi menghiasi duniaku,
Kerana hadirnya dia,
Dia yang bernama teman,
Si pemilik senyuman manis,
Semanis hati budinya,
Yang kaya dengan pengalaman,
Yang memberiku kegembiraan,
Yang menyebabkan aku tertawa di dalam tangisan,
Ya Allah,
Kirimkanlah bingkisan kalbuku padanya,
Adunkan kasih sayang sejati di dadanya,
Biar dia tetap tersenyum,
Walau perih menyanggah kehidupan,
Ya Allah,
Andai matanya menitiskan mutiara salju,
Kirimkanlah bidadari syurga padanya,
Temankanlah malaikat manis di sisi hidupnya,
Terbangkanlah batinku padanya,
Agar dia tahu aku amat menyayanginya,
Terima kasih Ya Allah,
Kerana aku mengenali muslimin sebaik dan setulus dia,
Andai tak terjalin kasih di dunia ini,
Biarlah terjalin di dunia sana,
Kerana aku begitu menyenangi kehadirannya di sisiku.
Tuesday, January 12, 2010
Suara Hati (Bagaimana?)
Bagaimana harus ku redakan rajuk yang merajai hatimu?
Bagaimana harus kulihat senyuman di bibirmu?
Jika amarah bergelora di jiwamu,
Bagaimana harus kusenyum jika aku menyakiti hati seorang muslimin?
Bagaimana harus kulalui hidupku jika aku tidak diberi kemaafan?
Ya Allah,
Titiskanlah air syurga ke dalam sanubarinya,
Biar ia kembali tersenyum bahagia agar mutiara ampuhku tak mengulir jatuh membasahi hari-hariku,
Ya Allah,
Kirimkanlah bingkisan kasih sayangku kepadanya,
Agar dia tahu bahawa aku amat mengasihi dan menghormati dirinya,
Ya Allah,
Andai aku tidak mendapat kemaafan darinya,
Hukumlah aku,
Biar aku sedar dan insaf tentang asal usulku yang hakiki,
Ya Allah,
Biarkan mulutnya menutur kata pedih,
Mengulas bicara pahit,
Mengirim kata nista,
Memuntahkan kata berlahar,
Agar ulu hatinya tidak pedih,
Agar bibirnya bisa menguntum senyum semanis dulu,
Asal dia bahagia dan kami tetap seperti dulu.
Kerana Aku Manusia
Ya Allah,
Kenapa aku merasa begitu perit?
Kenapa aku merasa begitu sedih?
Kenapa hati ini sering terjerit-jerit?
Kenapa kurasakan hidup ini menjerut-jerut?
Sedangkan hanya gumpalan kecil yang mencengkam di dada,
Merosakkan kebahagian yang aku kecapi berhari-hari,
Menghancurkan kerajaan sanubariku,
Kenapa aku tak mampu menghilangkan rasa tusukan ini?
Adakah aku perlu bertanya kepada jauhari?
Hatiku berbisik dan ibuku berkata,
Sabar itu separuh daripada iman,
Tubuhku lemah,
Mataku menerawang,
Memandang segenap alam,
Itulah yang aku lakukan,
Bisikan si ibu tidak dituruti,
Kerana kerajaan di dalam tubuhku hancur,
Hancur ditelan kenistaan alam,
Hancur dalam arus kenafsuan,
Dimana harus ku melangkah?
Dengan dosa-dosa yang sarat di dada,
Ah!mengapa aku menggeletar?
Kenapa tubuhku menjadi keping-keping?
Kenapa telingaku sakit bila mendengar seruanmu?
Kenapa kakiku lemah untuk memijak tempat kegemaranku?
Inikah balasan pada hamba yang jahil,
Yang bodoh dan hanyut pada kecintaan dunia,
Ah!aku terlalu kotor,
Jasadku berlumuran dengan dosa,
Apa yang harus aku lakukan?
Aku merasa jijik dengan diriku sendiri.
Ya Jauhari,
Pimpinlah aku ke jalan kebenaran,
Biar air sembayang menghiasi dan mewarnai setiap perjalananku,
Biar dosaku terhapus dan imanku terbina,
Agar aku menjadi manusia,
Manusia kerdil yang mensyukuri kejadian alam,
Yang tidak lupa pada asal-usul,
Yang merasa hina dengan kejadian.
Ibu,
Maafkan zuriatmu,
Yang pernah memijak kepalamu,
Yang tidak memikirkan keperitan kuburmu,
Walau jasadmu sudah lama terkubur,
Namun,kasihmu tetap kusyukuri.
Ya allah,
Bakarlah tubuhku dengan api nerakamu,
Biar menjadi abu,
Asalkan aku bersih daripada benda jijik ini,
Ya Allah,
Aku berserah kepadamu,
Agar memberi aku setitik hidayah,
Dalam nasuha hidupku.
Kenapa aku merasa begitu perit?
Kenapa aku merasa begitu sedih?
Kenapa hati ini sering terjerit-jerit?
Kenapa kurasakan hidup ini menjerut-jerut?
Sedangkan hanya gumpalan kecil yang mencengkam di dada,
Merosakkan kebahagian yang aku kecapi berhari-hari,
Menghancurkan kerajaan sanubariku,
Kenapa aku tak mampu menghilangkan rasa tusukan ini?
Adakah aku perlu bertanya kepada jauhari?
Hatiku berbisik dan ibuku berkata,
Sabar itu separuh daripada iman,
Tubuhku lemah,
Mataku menerawang,
Memandang segenap alam,
Itulah yang aku lakukan,
Bisikan si ibu tidak dituruti,
Kerana kerajaan di dalam tubuhku hancur,
Hancur ditelan kenistaan alam,
Hancur dalam arus kenafsuan,
Dimana harus ku melangkah?
Dengan dosa-dosa yang sarat di dada,
Ah!mengapa aku menggeletar?
Kenapa tubuhku menjadi keping-keping?
Kenapa telingaku sakit bila mendengar seruanmu?
Kenapa kakiku lemah untuk memijak tempat kegemaranku?
Inikah balasan pada hamba yang jahil,
Yang bodoh dan hanyut pada kecintaan dunia,
Ah!aku terlalu kotor,
Jasadku berlumuran dengan dosa,
Apa yang harus aku lakukan?
Aku merasa jijik dengan diriku sendiri.
Ya Jauhari,
Pimpinlah aku ke jalan kebenaran,
Biar air sembayang menghiasi dan mewarnai setiap perjalananku,
Biar dosaku terhapus dan imanku terbina,
Agar aku menjadi manusia,
Manusia kerdil yang mensyukuri kejadian alam,
Yang tidak lupa pada asal-usul,
Yang merasa hina dengan kejadian.
Ibu,
Maafkan zuriatmu,
Yang pernah memijak kepalamu,
Yang tidak memikirkan keperitan kuburmu,
Walau jasadmu sudah lama terkubur,
Namun,kasihmu tetap kusyukuri.
Ya allah,
Bakarlah tubuhku dengan api nerakamu,
Biar menjadi abu,
Asalkan aku bersih daripada benda jijik ini,
Ya Allah,
Aku berserah kepadamu,
Agar memberi aku setitik hidayah,
Dalam nasuha hidupku.
Monday, January 11, 2010
Wadahku
Aku insan hina,
Yang tak sempurna,
Namun aku ingin seperti dia,
Yang tak sempurna,
Namun aku ingin seperti dia,
Yang memiliki kemuliaan budi pekerti dan ketulusan hati,
Yang tak hilang walau disisihkan,
Yang tak hilang walau disisihkan,
Yang disanjung di segenap alam.
Aku ingin seperti dia,
Yang sentiasa tersenyum walau perih menyisih hidup,
Yang sentiasa ada walau tak dipinta,
Aku ingin seperti dia,
Yang sentiasa tersenyum walau perih menyisih hidup,
Yang sentiasa ada walau tak dipinta,
Yang sentiasa menghulur walau tak diminta,
Yang tabah memijak duri-duri dunia.
Aku tak rela bila salju menguasai mata beningnya,
Aku tak rela bila dia disakiti,
Biarlah apa yang diperkatakan oleh dunia,
Namun tetap dia permaisuri si peri anggun di hatiku,
Dia tetap permaisuri dunia,
Si pencorak hidup lelaki yang boleh menggoncangkan dunia,
Walhal dia dianggap lemah.
Siapa sangka kerajaan tubuhnya disaluti emas kesabaran,
Wajahnya dihiasi kasih sayang dan rumahnya dipenuhi kegembiraan,
Ini semua kerana kasihnya sebagai manusia hawa.
Subscribe to:
Posts (Atom)